Kembali ke Ibukota

Setelah 2 minggu lebih menikmati mudik di Bengkulu, sejak hari rabu 8 Oktober kemaren saya sudah kembali menginjak kota jakarta ini. Budaya mudik ini memang selalu membawa kesan tersendiri setiap tahunnya. Saya pun selama ini selalu berusaha untuk pulang setiap tahunnya disaat lebaran, meski dimana pun saya sedang berada alhamdulillah sampai saat ini setiap lebaran saya masih diberi kesempatan untuk bisa  kembali bersimpuh di kaki kedua orangtua. Semoga kesempatan seperti itu masih tetap akan ada di masa-masa mendatang.

Dengan hati dan pikiran yang insya telah sedikit lebih bersih, mencoba kembali menata puzzle perjalanan hidup yang sempat berantakan. Saatnya mencari sesuatu yang lebih berkah. Halah,….

*gambar diambil dari sini.

Mudik ke Kurotidur

Berhidup tak lepas dari berharap pengampunan, jika esok mentari tetap bersinar itu berarti masih ada waktu untuk bersimpuh. Putih dan hitam hanyalah pantulan cahaya diri, yang tak pernah terhentikan tuk warnai sebuah perjalanan.

Berhenti sejenak pada tepi titian, untuk kembali bersimpuh di kedua kaki orang tua. Berharap ampunan atas bakti yang tak pernah sempurna, dan restu keikhlasan doa mereka.

Hari ini saya berangkat mudik ke Kurotidur, Bengkulu Utara. Selamat merayakan hari raya Idul Fitri 1429H untuk anda semua, mohon maaf lahir dan bathin. Anda mudik kemana lebaran kali ini?

*images captured from google maps.

A Little Ironic’s Symbol

Marhaban ramadhan, selamat menunaikan ibadah puasa. Perbaikian diri adalah sebagai awal perbaikan dari keluarga, masyarakat dan bangsa. Tak akan ada perbaikan tanpa pengakuan dan kesadaran akan kesalahan dimasa lalu, namun juga tak akan ada perbaikan bersama tanpa keikhlasan memaafkan kesalahan sesama. Mohon ampunan dan keikhlasan hati serta mengharap pengingat atas semua kesalahan. Semoga kemenangan dan kehormatan itu bisa kembali jadi milik bangsa ini.

Sumber gambar : frinko