Back To Kendari

Back to Kendari, finally. After finishing my job in banjarmasin and mudik to bengkulu for couple days, now i’ve been back in my office again since yesterday 7 November. There are some job was waiting in here for me, i hope it will be goin’ well and there is no out of schedule. Now, my office PT Anoa Wijaya Sejahtera has became a new promoted vendor of PT Siemens Indonesia for construction work of TELKOMSEL BTS in South East of Sulawesi.

Sepenggal Cerita Dari Banjarmasin

Bermula dari proses yang serba mendadak ( just like usually, bukan begitu bos? 😛 ), saya saat ini berada diKota Banjarmasin ibukota kalimantan selatan. Hari ini adalah hari ke-10 saya berada dikota ini, setelah sebelumnya sempat singgah di Kota Balikpapan selama 2 hari. Rencananya jika pekerjaan sesuai schedule maka saya akan bisa meninggalkan kota ini pada tanggal 30 oktober nanti.

Banjarmasin, potret kota sehari-hari yang saya temui adalah hampir setiap subuh dan dan selepas maghrib kota ini akan terpenuhi kabut asap kiriman yang katanya berasal dari asap-asap pembakaran hutan didaerah kalimantan tengah. Jalan-jalan disini rata-rata sempit dan agak semrawut dan pengguna jalannya pun kebanyakan selalu mengabaikan traffic lightnya. ( Banjar gitu loh…, kata orang-orang disini ).

Ada yang menarik pada kota banjarmasin ini, yaitu adanya peraturan daerah yang memberlakukan denda dan sangsi bagi siapa saja yang berjualan ataupun makan-minum ditempat umum selama bulan puasa ini. Sangsinya pun tidak main-main, tuntutan maksimal kurungan tiga bulan diberlakukan bagi siapa saja yang melanggar perda tersebut. Jadi selama siang hari jika kita jalan-jalan keliling kota maka tidak akan ada satupun yang bisa kita temui warung makanan yang buka dan tidak akan ada orang yang dengan seenaknya makan-minum ataupun merokok ditempat terbuka. Saya jadi teringat cerita teman-teman diaceh, atas berlakunya hukum cambuk bagi siapa saja yang terlihat tidak berpuasa.

Mending menahan lapar dahaga seharian ketimbang dipenjara ataupun kena cambuk kah?

Kebebasan Berhidup

Prewords: Sebuah cerita tentang kesadaran diri saat melepas apa yang seolah-olah telah kita miliki.

Ini hanya sebuah cerita dari pengalaman pribadi saya beberapa tahun yang lalu. Suatu waktu saat jaman saya kuliah dulu, saya pernah mencoba memelihara seekor burung kutilang. Waktu itu saya masih menumpang dirumahnya dheche dibantaran, dan berhubung waktu itu saya sudah diakhir-akhir masa kuliah (red: masa kuliah sudah sampai tingkatan tidak jelas kapan berakhirnya) jadi banyak sekali waktu luang dan saya tidak tahu kenapa kok waktu itu muncul keinginan memelihara burung kutilang.

Singkat cerita saya ditemani seseorang pergilah kepasar burung, dan pilihan saya jatuh keanak burung kutilang. Kenapa saya memilih anak burung yang masih kecil, alasannya adalah karena saya ingin jika burungnya sudah besar nanti dia akan lulut kepemiliknya. Tak lupa juga saya belikan sangkar dan makanannya, waktu itu saya cuma beli satu bungkus makanan burung karena dia masih kecil dan juga nantinya sehari-hari bisa saya selingi dengan buah-buahan seperti pisang untuk makanan burung kutilang baru saya itu. Setelah lengkap semua maka pulanglah saya kerumah bantaran membawa anak burung kutilang beserta sangkar dan makanannya.

Hari pertama burung baru kutilang saya sepertinya masih beradaptasi, tidak ada suara kicau sedikit pun keluar dari mulutnya walaupun saya sudah coba memancingnya dengan bersiul-siul menirukan suara burung tetapi dia hanya diam dan terbang melompat-lompat ketakutan. Siang hari burung itu saya taruh dibagian samping rumah, tapi malam harinya saya letakkan disebelah pintu kamar saya. Hehehe rasa senang memiliki hal yang baru pun mulai memenuhi hari-hari saya.

Continue reading Kebebasan Berhidup