Thanks For All My Brotha

Huh… akhirnya..terlihat sedikit layak nih blog baru saya. Walaupun masih sangat simple dan belum ada plug in apapun alias standard bangeeedd…gituloh.., tapi sementara ini cukuplah…Berawal dari keinginan berekspresi diri yang lebih,bosan dengan blogger lama saya dan setelah menghabiskan banyak jam-jam tidur saya, menghabiskan rokok entah sudah berapa bungkus, kopi yang juga sudah entah habis berapa gelas, akhirnya sudah rada enak diliyat :-D.
Terimakasih segede-gedenya bwat teman-teman saya, dheche, cachak, totok, plaque simanusia kardus, dan mboel berkat keikhlasan bantuan kalian semua akhirnya jadi juga situs saya ini.
Terimakasih juga buat teman-teman manusia malam, pakdhe, soulfadj, dedek, cuki, Qentank, junkies, hengky sutengik yang udah selalu menemani saya ngobrol setiap malam di ym. Buat webmaster blogger lama saya si phadank, gara-gara dia sibuk mulu dengan training CCNA dan skripsi nya akhirnya saya berniat untuk belajar bikin situs ini! hehehe Gut Luck my little brotha! ndang lulus! jare kate ngerabi? 😀 Buat Si Ibu yang setiap pagi selalu membuatkan saya Kopi, buat teman-teman ANOAnet crews semua let’s go to rumble guy’s… Buat my others brotha dimalang, topx+maya (ndutZ), kepet, cech200jezz (where r u?) ayo gaple 200 😀
Buat Sang Nihilis Nietzsche yang sudah memberikan inspirasi dalam berhidup saya. Dan yang terakhir buat WordPress dan OpenSource’s, make’s all free is fun just like sex.

Wuah…kayak bikin ucapan terimakasih skripsi aja hahahaha gpp lah emang bener-bener terimakasih buat kalian semua kok. Apasih yang saya enggak bisa? Teman-teman saya loh semuanya baik hati…hehehehe.

Last words: “…Hari esok harus lebih baik dari hari ini, so mari kita bersenang-senang hari ini….”.

regards

Nihilisme…

Sebuah cerita yang gembira, awalnya!

Tahukah engkau sayang, bahwa hati penyair itu hati pencari? Mencari, mencari, selalu mencari. Mencari, bukan untuk memperoleh, bukan untuk mempunyai. Ah, mengapa kukatakan serupa itu? Penyair pun hendak memperoleh dan mempunyai. Tetapi di atas dan di balik-di atas segalanya. Ia menyerah dan memuja. Menyerah dan memuja dengan seluruh jiwanya. Hendak kuarak engkau, sayang, di awan yang berlagu segala warna. Engkau terlampau berat dan jatuh ke bumi. Hendak kusimpan engkau, sayang, di dasar lubuk yang dalam dan rahasia. Engkau terlampau ringan dan naik ke atas. Tetapi, tiadalah sampai hatiku melihat engkau terhempas di bumi dan terapung di air. Tahukah engkau sayang, betapa remuknya hati penyair : memperoleh, tetapi tidak dapat menyerah. Mempunyai, tetapi tidak dapat memuja. Wahai, kemanakah engkau akan kubawa?

Continue reading Nihilisme…