Kesadaran Awal

Urgh!

Aku terbangun! lama sekali tubuh ini tertidur. Mungkin terlalu lelah tubuh ini,atau mungkin terlalu nyaman dengan mimpi-mimpi dalam tidurku? Darah-darah dikulit ini pun sudah sangat mengering, atau bahkan mungkin sudah menyatu dengan kulit ini? Rumput dipinggir telaga hitam ini ternyata cukup membantuku, lebih dari cukup untuk membuatku terlelap dan melupakan segala kegelapan disekitar telaga ini. Kehangatannya mampu membuaiku lama dari suara-suara amarah binatang pemangsa sesama didalam hutan sana. Terdiam sejenak mengamati segalanya disekitarku, gelap disini seolah tak pernah ada habisnya. Sekumpulan melati yang mampu tumbuh disini pun telah berevolusi warnanya menjadi keabu-abuan, dan warna mawar pun telah menjadi merah pekat layaknya darah-darah segar. Tak ada yang bersisa disini!

Ah, kenapa aku terbawa dikegelapan semua ini lagi? sejenak ingatanku mulai bekerja, mencari awal dari semua yang telah terjadi. Namun tak ada satu pun yang dapat kuingat, hanya puing-puing noktah sepi dan kesendirian dipinggir telaga hitam ini. Semua telah tak bersisa!

Continue reading Kesadaran Awal

Sebelum Kematian

Kematian!

Setiap yang bernyawa akan mati, itulah ketidak abadian yang dimiliki setiap makhluk yang berujud didunia ini. Begitu banyak cerita, dongeng bahkan dogma-dogma yang menyeritakan kehidupan paska sebuah kematian. Tapi sebenarnya bukan kehidupan ataupun mungkin balasan yang akan kita terima paska kematian yang perlu kita pikirkan. Tapi adalah kehidupan saat ini, ya saat nyawa ini msih melekat diujud kita masing-masing. Apa yang kita bisa perbuat dan lakukan untuk kehidupan kita saat ini? Haruskah perilaku dan perbuatan yang bermaanfaat itu musti didasarkan alasan demi kehidupan paska kematian? Ah itu seperti cerita seorang anak kecil saja yang sengaja ditakut-takuti ” Hei nak, jangan pergi kehutan itu sendirian disana banyak hantunya..” atau “..Bocah! jangan pernah sekalipun mencuri kau, nanti tanganmu buntung!..”

Continue reading Sebelum Kematian

Sendiriku

tertawalah melihatku dirimu
tertawalah melihat lakuku dirimu
tertawalah melihat kataku dirimu
tertawalah melihat pikiranku dirimu
tertawalah melihat inginku dirimu
tertawalah melihat duniaku dirimu
itu semua tak pernah ada

maka tertawalah dirimu
atas ketidakberadaan wujudku
atas ketidakberadaan jiwaku
atas ketidakberadaan nilaiku
akulah sang tidak ada
yang tak pernah berwujud

aku hanyalah bendera kehampaan
aku hanyalah mata angin kekosongan
aku hanyalah isi kesunyian
aku hanyalah makna ketidakan
aku hanyalah ujud ketidak-adaan

maka berhentilah
wahai pemaknaan yang palsu
wahai pencarian yang dusta
berhentilah wahai para pendusta!
hentikan semua dongeng dustamu
dan biarkan kau melanjutkan tawamu saja

tertawalah dengan candu-candumu
tertawalah dengan dogma-dogmamu
tertawalah dengan kitab-kitabmu
tertawalah dengan berita-beritamu
tertawalah dengan ke-ada-anmu

tawamu bukan untuk hampaku
tawamu bukan untuk kosongku
tawamu bukan untuk sunyiku
tawamu bukan untuk tidakku
tawamu bukan untuk ketidak-adaanku
dan aku bukan untuk tawa-tawamu

sendiriku hanya saat ini

reposting from my old blog