Rokok!

GG Surya 12!

Ini ROKOK ku!

*meniru gaya iklan kacang garuda

Hari ini rekor selama 3 bulan terakhir sejak mulai menetap dikota kendari ini, 3 bungkus! ya, TIGA bungkus! habis dalam kurang dari 24 jam! Apa yang terjadi hari ini? Hums…. just like usually, waulaupun beberapa hari terakhir agak sedikit begaya hidup normal. Bisa bangun pagi! Pukul 08:00 AM, ebad! Cuci muka, duduk didepan notebook limpahan dan secangkir kopi panas pun datang menetap diatas meja kerja ini. Seperti biasa, aktivitas pertama menatap sang hari adalah menyalakan sebatang gudang garam surya 12 dan mulai menikmati sedapnya secangkir kopi panas. Ah entah kenapa 2 jenis racun ini benar-benar telah menjadi suplemen utama setiap harinya. Pernah terniatkan untuk berhenti, tapi itu jika sudah mendapatkan teman yang mampu menggantikan kesetiaan dari racun yang bernama Nikotin ini. Bayangkan! Adakah teman yang lebih setia sampai-sampai kita melakukan hajat kebelakang pun dia dengan sangat-sangat setianya menemani! (It’s not joke!).

Continue reading Rokok!

Pagi ini, Perempuanku…

perempuanku…
pagi ini mentari hangatkan diriku lebih awal
pagi ini melati ditaman berseri lebih awal
pagi ini batas kalbu pun tersibak

perempuanku…
pagi ini kembali aku merindumu
pagi ini kembali aku rasakan semuanya
pagi ini kembali aku terhentakkan bayangmu

perempuanku…
aku ingin menyapamu…
penuh kerinduan bukan kebencian
penuh kehangatan bukan ketakutan
penuh kearifan bukan kemunafikan

perempuanku…
inginku selalu bicara jujur padamu
inginku selalu menghilangkan dukamu
inginku selalu menemani hari-harimu

perempuanku…
biarkan semua berlalu…
dan menyatu…

Nihilisme…

Sebuah cerita yang gembira, awalnya!

Tahukah engkau sayang, bahwa hati penyair itu hati pencari? Mencari, mencari, selalu mencari. Mencari, bukan untuk memperoleh, bukan untuk mempunyai. Ah, mengapa kukatakan serupa itu? Penyair pun hendak memperoleh dan mempunyai. Tetapi di atas dan di balik-di atas segalanya. Ia menyerah dan memuja. Menyerah dan memuja dengan seluruh jiwanya. Hendak kuarak engkau, sayang, di awan yang berlagu segala warna. Engkau terlampau berat dan jatuh ke bumi. Hendak kusimpan engkau, sayang, di dasar lubuk yang dalam dan rahasia. Engkau terlampau ringan dan naik ke atas. Tetapi, tiadalah sampai hatiku melihat engkau terhempas di bumi dan terapung di air. Tahukah engkau sayang, betapa remuknya hati penyair : memperoleh, tetapi tidak dapat menyerah. Mempunyai, tetapi tidak dapat memuja. Wahai, kemanakah engkau akan kubawa?

Continue reading Nihilisme…