28 tahun ……

Adalah sekumpulan daging, beberapa tulang yang terangkai, berbagai cairan yang mengalir dan selembar nyawa yang telah dihidupkan semenjak 28 tahun yang lalu. Berbagai hikmah atas perilaku berhidup yang tak pernah cukup mengisi celupan kesadaran dalam berhidup. Sekumpulan serpihan-serpihan gambar berhidup yang terlukis samar-samar tak pernah cukup menggambarkan keberujudan penciptaan sebagai manusia. Dengungan tawa senang dan desahan kesedihan yang belum cukup juga menjadi nyanyian sebuah lagu kehidupan selama 28 tahun. Gemuruh teriakan amarah dan asingnya kemashyukan syukur masih menjadi hiasan yang sering mewarnai kepontang-pantingan mengkais perjalanan berhidup.

Menjadilah manusia yang indah, berhiduplah dengan indah,dan berakhirlah nanti dengan keindahan. Sudah berkurang 28 tahun….

Voor Mijn Liefde

Kepada dirimu disana, yang selalu mewarnai semua relung kesadaran diriku
Aku selalu menyukai saat-saat kita bisa berbicara, dan bercanda bersama
Aku selalu menyukai senyum merekahmu, tawa-tawamu dan cara khasmu bermanja
Sungguh, aku selalu menyukainya walau itu semua hanya terkadang dan sesaat

Kepada dirimu disana, yang selalu memenuhi ruang semangat jalan hidupku
Aku selalu ingin menemani harimu, detik-detikmu, dan tak terbataskan oleh waktu
Aku selalu ingin menghapus laramu dan memelukmu sepanjang waktu
Sungguh, aku selalu ingin melakukannya agar dirimu selalu terbebas bahagia

Saat semuanya terasa begitu indah dan mendalam
Tentu kau tahu api sulit padam jika membara, dan
Besarnya ombak tergantung dari angin yang mendera
Karena memang semua ini ada dalam jiwa, dan bukan ada dalam raga

Hati ku merasa damai melihatkan itu semua
Bibir ku mengukir sebuah senyuman, dada ku bergetar!
Dan aku ingin kesana, Ingin mengembara kesana
Ingin sekali….,ingin meluahkan rasa isi hati…

Duhai mawar nan disana, tetaplah merekah dan menaburkan indahnya rasa
Waktu demi waktu, ruang demi ruang dan semua kesadaranku di lorong sempit ini
Kan kuhabiskan bersama bayang dan harapan, lewati keresahan padang kembara
Tuk sebuah cita bersamamu, merengkuh kerinduan yang memuncak

Damai Itu Indah

Disebuah persinggahanku…
Mencari wajahku dikekelaman senja
Mencari wajahku dikerumunan hampa
Mencari wajahku dipantulan kabut
Mencari wajahku dikesunyian kalbu

Bayangku menari diatas merahnya darah tertumpah
Bayangku menari ditengah jiwa-jiwa bersedih
Bayangku bernyanyi untuk kalbu-kalbu kesunyian
Bayangku bernyanyi pada suara-suara langit

Kalbu yang merindu
Jiwa yang tersesat
Pikiran yang terpasung
Kulit yang tersayat

Kasihku, hentikan hentakan dikepalaku!
Wanitaku, hentikan usapan nafsumu!
Temanku, hentikan pengkhianatanmu!
Rembulanku tetaplah untuk selalu kunikmati