Nihilisme…

Sebuah cerita yang gembira, awalnya!

Tahukah engkau sayang, bahwa hati penyair itu hati pencari? Mencari, mencari, selalu mencari. Mencari, bukan untuk memperoleh, bukan untuk mempunyai. Ah, mengapa kukatakan serupa itu? Penyair pun hendak memperoleh dan mempunyai. Tetapi di atas dan di balik-di atas segalanya. Ia menyerah dan memuja. Menyerah dan memuja dengan seluruh jiwanya. Hendak kuarak engkau, sayang, di awan yang berlagu segala warna. Engkau terlampau berat dan jatuh ke bumi. Hendak kusimpan engkau, sayang, di dasar lubuk yang dalam dan rahasia. Engkau terlampau ringan dan naik ke atas. Tetapi, tiadalah sampai hatiku melihat engkau terhempas di bumi dan terapung di air. Tahukah engkau sayang, betapa remuknya hati penyair : memperoleh, tetapi tidak dapat menyerah. Mempunyai, tetapi tidak dapat memuja. Wahai, kemanakah engkau akan kubawa?

Continue reading Nihilisme…