Kebebasan Berhidup

Prewords: Sebuah cerita tentang kesadaran diri saat melepas apa yang seolah-olah telah kita miliki.

Ini hanya sebuah cerita dari pengalaman pribadi saya beberapa tahun yang lalu. Suatu waktu saat jaman saya kuliah dulu, saya pernah mencoba memelihara seekor burung kutilang. Waktu itu saya masih menumpang dirumahnya dheche dibantaran, dan berhubung waktu itu saya sudah diakhir-akhir masa kuliah (red: masa kuliah sudah sampai tingkatan tidak jelas kapan berakhirnya) jadi banyak sekali waktu luang dan saya tidak tahu kenapa kok waktu itu muncul keinginan memelihara burung kutilang.

Singkat cerita saya ditemani seseorang pergilah kepasar burung, dan pilihan saya jatuh keanak burung kutilang. Kenapa saya memilih anak burung yang masih kecil, alasannya adalah karena saya ingin jika burungnya sudah besar nanti dia akan lulut kepemiliknya. Tak lupa juga saya belikan sangkar dan makanannya, waktu itu saya cuma beli satu bungkus makanan burung karena dia masih kecil dan juga nantinya sehari-hari bisa saya selingi dengan buah-buahan seperti pisang untuk makanan burung kutilang baru saya itu. Setelah lengkap semua maka pulanglah saya kerumah bantaran membawa anak burung kutilang beserta sangkar dan makanannya.

Hari pertama burung baru kutilang saya sepertinya masih beradaptasi, tidak ada suara kicau sedikit pun keluar dari mulutnya walaupun saya sudah coba memancingnya dengan bersiul-siul menirukan suara burung tetapi dia hanya diam dan terbang melompat-lompat ketakutan. Siang hari burung itu saya taruh dibagian samping rumah, tapi malam harinya saya letakkan disebelah pintu kamar saya. Hehehe rasa senang memiliki hal yang baru pun mulai memenuhi hari-hari saya.

Hari kedua burung kutilang saya mulai mengeluarkan suara kicaunya, oh betapa senangnya waktu itu saya. Dan hari-hari berikutnya dia selalu berkicau terus, bahkan sejak hari ketiga ada kejadian yang aneh menurut saya. Tapi kejadian aneh itu menyenangkan bagi saya, karena burung kutilang itu sejak hari ketiga punya rutinitas berkicau dengan ramai sekali pada jam 3 pagi dan jam 11 siang. Persis dengan jam tidur saya waktu itu, jam 3 pagi adalah waktu saya tidur dan jam 11 siang adalah waktu saya bangun. Ah dia sudah cepat mengenal kebiasaan tuannya, sungguh menyenangkan. Dan semenjak itu seolah-olah saya punya alarm pribadi, ya burung kutilang saya telah menjadi asisten pribadi untuk mengingatkan saya tidur dan dengan setianya dia berkicau untuk membangunkan saya.

Selama kurang lebih satu minggu burung kutilang itu pun sudah akrab dengan saya, bahkan saat saya datang baru memasuki pintu dia sudah berkicau ramai sekali padahal dia berada dibelakang samping rumah. Seolah-olah dia bisa mencium bau kedatangan saya, dan sekali lagi ini menyenangkan! Saya bisa merasakan kebenaran akan adanya bahasa universal dialam ini. Seperti cerita didalam sebuah buku yang berjudul AL-CHEMIS yang mengatakan akan adanya bahasa universal dialam ini, disamping bahasa-bahasa yang digunakan antar manusia ataupun antar makhluk yang sejenis. Bahasa universal ini memungkinkan terjadinya lintas komunikasi antar dua makhluk yang berbeda, mungkin yang paling gampang contohnya saat kita memiliki binatang piaraan seperti kucing, anjing atau pun seperti saya memiliki burung kutilang tersebut. Seolah-olah terkadang apa yang kita perintahkan maka binatang piaraan itu akan menuruti, begitu juga saat dia rewel dan mulai bersuara aneh menggerutu seolah-olah ingin menunjukkan sesuatu kepada kita.

Kembali pada burung kutilang saya tadi, tepat dihari ketujuhnya atau seminggu setalah saya pelihara. Saat seperti biasa saya dibangunkan oleh suaranya pada jam 11 an siang, setelah saya bangun saya pun melakukan rutinitas menyapanya dengan bersiul-siul dilanjutkan dengan rutinitas perawatan. Saya bawa dia dengan sangkarnya kesamping rumah, kemudian seperti biasanya juga saya memandikan dia dan membersihkan sangkar, tempat makanan dan minumannya. Setelah semuanya bersih dan tak lupa saya memberikan makanan tambahan buah-buahan, waktu itu seingat saya adalah pisang. Karena pisang memang gampang dibeli di pasar dekat rumah saya. Oh iya saya ingat, makanan yang saya beli semenjak pertama kali saya membeli burung waktu itu sudah habis dan makanan yang saya berikan hari itu adalah makanan terakhir yang tersisa dibungkusnya. Tapi masih cukuplah untuk hari itu, dan rencana baru sore harinya saya akan kepasar burung untuk membelinya lagi.

Sebelum saya bawa kedepan untuk digantung didepan rumah biar terkena sinar matahari, tiba-tiba muncul keinginan saya untuk bermain-main memegangnya langsung sebentar. Selama ini saya belum pernah melakukannya. Akhirnya saya coba masukkan tangan saya kedalam sangkarnya dan mencoba memegangnya, dan dia hanya berkicau-kicau kecil dan diam tidak bergerak saat saya pegang. Saat saya keluarkan dari sangkarnya dia juga tetap tidak bergerak banyak dan tetap berkicau kecil.

Iseng-iseng saya melepas cengkeraman gengaman tangan saya atas burung kutilang itu, dan tangan saya satunya mulai mengelus-ngelus kepalanya. Dia pun dengan manjanya bersuara kecil dan menggerak-gerakkan kepalanya. Tapi sesaat kemudian dia terdiam dan menatap saya seolah-olah ingin menyampaikan sesuatu. Dan tidak lama berselang, tiba-tiba dia terbang! melompat keatas tembok pembatas dengan rumah tetangga. Terkejut saya dan sesaat rasa cemas dan panik kehilangan pun memenuhi hati saya. Dia hanya terdiam diatas tembok itu, dan tetap menatap saya penuh arti. Kemudian secara tiba-tiba saya bisa merasakan apa yang saya sebut tadi diatas sebagai bahasa universal. Tatapan anak burung kutilang yang baru seminggu saya pelihara itu seolah-olah menyampaikan arti “…saya tidak bisa hidup didalam sangkar itu, saya harus kembali hidup dialam bebas karena itulah tempat hidup saya…”.

Masih tidak bisa menerima kenyataan, saya pun masih mencoba memanjat tembok itu dan menggoda dia dengan siulan-siulan mencoba menarik perhatiannya dia. Mengetahui saya masih berusaha menangkapnya dia hanya melompat dan menggeser sedikit tempat pijakan dan tetap dengan memandang kesaya seolah-olah tetap berusaha untuk menyampaikan pesan. Tetap dengan pesan yang sama, bahwa dia memang harus pergi!.

Sejenak saya terdiam dan membatalkan niat saya untuk menangkapnya kembali. Rasa sedih kehilangan pun muncul, ditambah dengan sedikit bumbu umpatan penyesalan didalam hati. Akhirnya saya benar-benar terdiam dan hanya berjongkok menatapnya masih ditempat yang sama dan dia pun masih tetap menatap saya. Seolah-olah menanti kepastian saya untuk rela melepasnya. Dan akhirnya saya pun menggerakkan telapak tangan saya melambai kearahnya, sambil terlontar ucapan berbisik lirih “…selamat berpisah dan selamat berjuang sobat kecilku…”.Tak lama kemudian dia pun terbang pergi sambil mengeluarkan suara-suara kicau riangnya menyambut kebebasan dia kembali kealam.

Saya hanya bisa terdiam masih menyisakan sedih sambil membawa sangkarnya kedalam. Dalam hati dan pikiran saya akhirnya berusaha menerima semuanya, dan berikhlas kehilangan burung kutilang yang saya pelihara baru seminggu. Semua ini bukan kebetulan, karena tempat hidup dia memang dialam bebas. Dalam hati terakhir saya berucap, terimakasih telah menjadi sahabat kecilku selama satu minggu ini dan terimakasih telah mengajariku atas beberapa hal ; cara berpisah yang baik, membuktikan adanya bahasa universal dan menunjukkan kesadaran atas hak kebebasan berhidup sesuai dengan tempat hidup masing-masing.

Rasa sesal itupun berlahan berganti menjadi keikhlasan melepas kepergian dan kehilangannya yang selama satu minggu ini telah saya pelihara dan saya percayai untuk memilikinya. Ternyata kepercayaan saya itu tidak berhak sama sekali dan pada kenyataannya yang saya simpulkan adalah tidak ada yang dapat memiliki hak sedikit pun atas kebebasan berhidup orang lain dan atau makhluk lain.

12 thoughts on “Kebebasan Berhidup”

  1. Segala yang mempunyai awal, pasti mempunyai akhir. Kehilangan adalah permulaan memiliki sesuatu yang baru. Karena hidup, selalu dan terus berputar.

    *Memiliki berarti awal dari kehilangan? Orgh…tidak cukup enak untuk diketahui 🙁

  2. Waks, renungannya emang bagus, bikin aku jadi terharu…hiks..hiks…
    Belajar untuk ikhlas dalam segala hal memang berat, ikhlas dalam kebahagiaan, ikhlas dalam kesedihan…
    ikhlas untuk hidup or hidup untuk ikhlas? hidup dan ikhlas….

    *Wanna a little tips? Tertawailah sekeras-kerasnya atas ketidak dan ketidak-bisaan kita berikhlas terhadap kondisi yang terjadi. Dat’s always make me better huehehe 😉

  3. what a tender heart …

    udah…piara aja yang lain.. kan banyak..
    gimana kalo yg berkaki empat ? 😀 kan lebih nurut bos hehehehe….
    misal : onta, llama, kudanil, gajah dan sebangsanya asal bukan tuyul, genderuwo, mak lampir dkk

    *Sekarang lagi miara anak burung elang! huehehe nemu dilokasi kerjaan.

  4. Sepatutnya kita mampu untuk menerobos gelap tersebut, menjejakkan langkah untuk tetap maju melangkah …

    BTW , seseorang tuh siapa yah … uhukk .. :-”

    *Sempurnakan niat, sempurnakan ikhtiar, selebihnya biar Dia yang mengurusi hehehe….

  5. Eh tapi ada juga lho makhluk yg gak bisa hidup di alam bebas, karena sudah terbiasa hidup enak tinggal nerima (gak perlu cari makan sendiri). Makhluk seperti ini kalo dilepas ke alam bebas malah gak bisa survive.
    Nah tentunya ‘si tuan’ yg bertanggung jawab mengkondisikan si makhluk agar siap sebelum dilepas ke habitat aslinya (kalo memang ‘si tuan’ ini berniat baik unt melepas makhluk yg pernah dikekangnya ini kembali ke alamnya).

    *Yups, sometimes bisa jadi begitu. Tinggal bagaimana kita semua bisa menyelesaikan permasalahan itu dengan cara yang bijak dan bisa mengambil hikmah dari semua yang terjadi bukan?

  6. berat banget neh… tapi hiduplah sesuai dengan komunitasmu 🙂

    *Loh berat piye toh? wong cuman dongeng masa lalu huehehe

  7. nyari2 masalah flu burung.. eh.. ketemu blognya epat.. hihiih.. flu burungkah kutilang ? :-” sambil nunggu epat mbales commentnya dc sekaligus mempratekkan ajaran epat thdp predz (HAHAHAHAHA.. HAHAHAHA….) plus jurus laen : “aku lho enak…. ngopie wae wis…. hiks.. lak wis buko tapi… -phan lg puasa-“

    *Seng bener iku : “ngene loh enak… ngopi-ngopi bareng disek, koyok sek tas kenal diingi sore ae cuk!” -Lagi gak puasa- 😛

  8. mau cari cara perawatan burung kutilang kok malah dapat bacaan kayak ginisih.

    tapi bagus bikin aku ngak bisa komentar

  9. mau cari data burung kok jadi gini tp ga ap lah,crita yg bgs jg lah…..

    keikhlasan dalam diri adalah hal yg baik dan smoga happy ja deh….hehehe

  10. mau cari data ttg burung kutilang,,dapetnya kaya gini,,tapi gpp,seru kok,,lucu juga ngebayangin burung ama manusia saling pandang-pandangan!he..

  11. nice story, huhuhu… bikin terharu + bikin ragu utk melihara burung kutilang 🙁

    tp jd dpt pelajaran berharga 🙂 thanks

    Hiduplah dan Ikhlaslah ^^

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.