Pemaknaan Dalam Berhidup

Dalam kehidupan sehari-hari ditengah semua bentuk kesibukan kita, pernahkah kita memikirkan makna atas semua yang telah kita kerjakan dan yang terjadi pada diri kita atau sekitar kita? Pernahkah kita memaknainya sedetail mungkin? Mengambil semua sisi positifnya dan kita refleksikan dalam kehidupan kita. Sepertinya tidak akan sempat jika harus memaknai semua detail kehidupan sehari-hari. Namun berapa persen yang bisa kita lakukan? Saya pribadi mungkin tidak akan lebih dari 5 % bahkan bisa jadi masih jauh dari angka 5 % itu. 😀

Berapa jam kita tidur, berapa jam kita kerja, berapa jam kita habiskan dijalan dan berapa jam kita bersenang-senang? Tapi berapa menit kita menyempatkan berfikir untuk memaknai semua yang telah kita lakukan dan yang terjadi dalam hidup ini? Jika kita mempunyai hidup selama misal 60 tahun,dan seandainya benar kita sudah mencapai 5 % dari semua waktu kita sehari-hari untuk memaknainya berarti 5 % dari 60 tahun adalah 3 tahun!

Selama 60 tahun kita berhidup ternyata cuma 3 tahun kita melakukan pemaknaannya. Sisanya? 57 tahun kita berhidup tanpa melakukan pemaknaan? Mungkin kita masih bisa membela diri dengan pemikiran ” yang penting kan intensitas pemaknaan dan kualitas hasil dari pemaknaan tersebut “. Benar juga sieh, tapi jika kita lihat dari refleksi tatanan kehidupan dan kondisi yang terjadi saat ini sepertinya intensitas dan kualitas itu juga mungkin tidak lebih dari 5 % 😉

Atau mungkin kita bisa berkata, ” kalau kita cuman berfikir kapan bekerja atau actionnya? “. Mungkin yang terbaik adalah seimbang dan saya tidak berpikir bahwa seimbangnya itu adalah 50-50 prosentasenya. Kalau 50 % keseimbangannya adalah benar adanya kita tidak akan bekerja karena waktu yang kita miliki habis untuk berfikir saja.

Tapi yang jelas ada beberapa parameter yang bisa kita garis bawahi, jumlah frekuensi, intensitas, dan kualitas baik dalam pemaknaanya ataupun refleksi dari hasil pemaknaan dalam kita berhidup didunia ini. Jadi seberapa besar parameter-parameter pemaknaan itu telah kita lakukan dalam berhidup ini? Agar kita bisa merefleksikan sebagian besar hasil dari pemaknaan kita masing-masing yang tentu saja akan membuat tatanan kehidupan ini lebih baik bukan?

Sebentar lagi mayoritas masyarakat dinegeri ini akan menjalani bulan suci, seberapa besar dari parameter-parameter tadi bisa dilakukan pada bulan suci nanti?, dan bukan justru rame-rame sok suci dalam menjalaninya. Yang jelas dan mungkin akan tidak berubah seperti tahun-tahun sebelumnya adalah meningkatnya “produk-produk” berkedok menyambut bulan suci yang akan muncul khususnya dimedia massa dinegeri ini. Namun semoga itu semua demi membantu manusia dinegeri ini dalam “pemaknaan” beragama dan bukan sebagai “pemanfaatan” agama.

9 thoughts on “Pemaknaan Dalam Berhidup”

  1. Untung lah saya masih di beri kesempatan ber-hidup di Malang. Jadi masih cukup banyak “waktu luang” yang mungkin di anggap sebagian orang membuang2 waktu 😛

    *Malang memang tempat yang indah untuk berhidup hehehe. Loh siapa itu yang menuduh anda seperti itu? tapikan katanya dirimu punya falsafah hidup 3D? 😉

  2. apakah hidup ini harus diberi makna?
    bagaimanakah orang itu harus memaknai hidup?
    dan selanjutnya sebenarnya makna itu yang kaya’ gimana sih?

    *Bagi saya tidak ada yang harus! biarkan mengalir sesuai dengan tingkat kesadaran diri kita agar tidak ada lagi kemunafikan dan jual beli kesadaran diri. Tentang apa dan bagaimana pemaknaan itu mungkin dilain waktu saya akan posting dengan sudut pandang saya. Tapi sebenarnya mungkin sudah banyak yang menulisnya untuk definisi-definisi tersebut, coba aja cari di universitas google hehehe atau ditoko-toko buku 😛

  3. yang aku tau seh..makna dari hidup itu mencari kebahagiaan sejati, tp yuhuu bahagia mana ya bahagia..nongol dunk 😛

    *Hader! 😉

  4. Hidup akan lebih bermakna jika kita mendapatkan cinta sejati. Walaupun Kendari – Jakarta kan kujalani. Bukan begitu pak tape?

    *Hayah diterus-terusno ae! wes ta lah..enak..enak.., maringene….maringene… huehehe… Eh, apaan sieh? 😛

  5. Oyi wes pak tape… maju perut pantat mundur aja deh kalo untuk urusan yang satu itu. Saya dukung 99%, yang 1% kalo sudah ada buktinya.

    BTW, tentang makna hidup itu kayaknya kita gak perlu berpikir banyak-banyak deh, jalani apa yang sudah kita lewati. Pasti Dia memberikan hikmah di setiap langkah kita *hayah aku kok sok bijak banget seh dini hari ini*

    *Betul sieh, cuman kadangkan karena kesibukan kita sehari-hari jadinya lewat begitu saja semua hikmah-hikmah itu tanpa ada yang tercamkan ataupun terrefleksikan pada hidup kita.

  6. 20 jam saya melek tiap hari, selalu di depan komputer. Abis ini puasa, maknanya 24 jam melek terus apa tidur terus yah? 😛

    *’Tidur?’ wuih….! 😛

  7. Malang memang tempat yang indah untuk berhidup hehehe. Loh siapa itu yang menuduh anda seperti itu? tapikan katanya dirimu punya falsafah hidup 3D? 😉

    Lah pat … justru goro-goro iku aku ra urus hahaha. Btw itu bukan falsafah hidup cuk .. sotoy dah

    *Loh bukan? pandangan hidupkah? kekeke gak ada yang melarang kok 😛

  8. hidup menanti mati dalam batas yang tak pasti
    kawan… berikanlah cinta tuk semua
    hiasi hati dengan kasih
    Ia sendiri
    di tempat yang tertinggi
    tiada terjamah tiada berubah
    ialah adanya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.