Berhidup harus memilih?

Hidup itu penuh dengan pilihan. Kalimat itu sudah banyak kita temui dari berbagai sumber dan dalam berbagai cerita-cerita dalam hidup ini. Berbagai contoh yang telah disodorkan untuk memperkuat pemahaman atas kalimat tersebut. Mulai dari contoh-contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari ataupun contoh yang lebih compleks dan memerlukan analisa mendalam untuk memberikan keputusan dalam memilih.

Sudah banyak yang membenarkan teori tentang “hidup penuh dengan pilihan dan kita harus memilih”, dan bahkan derivasi dari teori tersebut semakin berkembang dan mendalam.Namun yang menjadi ganjalan saya saat ini adalah konklusi dari teori-teori itu adalah munculnya kata harus dan wajib memilih dalam kehidupan ini.

Saya bukannya hendak bermaksud berpijak pada hal-hal yang skeptis dan pesimis, tapi hanya ingin sekedar menggali lebih dalam atas salah satu konsep berhidup. Beberapa realita juga mengungkapkan bahwa terkadang masih untung kita dihadapkan dengan kondisi-kondisi dimana kita wajib memilih, karena ada beberapa kenyataan yang kita benar-benar tidak punya kuasa bahkan untuk memilih. Dan terkadang dalam diri kita (secara umum) akan mengecam kondisi-kondisi ekstrim tersebut, tapi benarkah kita tidak sepakat dengn kondisi dimana kita ternyata tidak memiliki hak untuk memilih?

Misal, dijaman sekarang ini orang akan mengecam bila masih ada kasus-kasus penjodohan dua manusia secara paksa oleh orang-tua layaknya dongeng siti nurbaya.Apalagi jika kasus penjodohan paksa tersebut dibumbui atas dasar harta dan kekuasaan, maka yang muncul adalah respon-respon negatif dan pembelaan-pembelaan terhadap si korban penjodohan paksa tersebut.

Tapi benarkah kita benar-benar tidak setuju dengan hal-hal pemaksaan? benarkah kita menolak segala bentuk-bentuk pemaksaan yang tidak memberikan pilihan ataupun untuk berkata tidak dan dengan lantang menolak pilihan-pilihan yang disodorkan kekita?

Satu contoh, bahwa kenyataan perundang-undangan dinegeri kita ini masih banyak yang meniru dan mengacu dari undang-undang jaman kolonial dahulu. Dan ternyata kita saat ini benar-benar tidak memiliki kuasa sedikit pun untuk memilih membuatnya yang sesuai dengan kehidupan negeri ini sendiri.

Ada contoh yang mungkin agak ekstrim, dalam masalah beragama. Selama ini bukankah agama yang kita anut sejak kecil adalah sebuah kondisi dimana kita secara tidak sadar telah dipaksa untuk menganutnya secara turun temurun dalam oleh keluarga? Setiap orang tua akan dengan sangat bersungguh-sungguh untuk menjaga keturunanya agar keturunan-keturunannya tetap menganut apa yang telah dianut dan diyakini oleh dia secara turun temurun.

Sekali lagi ini bukan sebuah wacana skeptis atau pun provokatif, tapi mari kita renungkan bersama-sama. Adalah sangat naif kalau ternyata kita berhidup dengan standard-standard dualisme bukan? Dalam berbagai hal kita sering berteriak-teriak memprotes pemaksaan dan penjajahan hak-hak asasi tapi ternyata dalam diri kita sendiri mengamini dan dengan sangat-sangat setia mengikuti tradisi pemaksaan dan penjajahan hak asasi atas diri kita.Dan yang lebih parah adalah kondisi-kondisi dimana ternyata ada manusia yang dengan sangat-sangat senang untuk melakukan pemaksaan pilihan terhadap manusia lainnya hanya demi kepuasan ( uang, kekuasaan, popularitas dll). Menyedihkan? Sangat!

Namun begitulah kenyataan dan realita potret kehidupan manusia saat ini. Perbaikan-perbaikan oleh beberapa kaum dan kelompok pun kadang menghadirkan pemaksaan untuk kelompok-kelompok yang lain. Jadi benarkah bahwa Hidup ini penuh pilihan? Mungkin teori itu hanya sebuah retorika saja, karena menurut saya realitanya adalah Hidup ini penuh dengan paksaan!

Saya teringat dalam film matrix, ada sebuah teori berkaitan dengan memilih tersebut yang terdapat dalam salah satu dialog pada film matrix. Hidup sebenarnya bukan masalah memilih,tapi yang kita lakukan dan kita pikirkan adalah mengapa kita memilih pilihan kita tersebut. Menurut saya teori ini lebih baik karena lebih mendorong kita untuk mencari dan menggali lebih dalam untuk memilih sebuah pilihan.

Proses pencarian akan selalu menghadirkan kemajemukan dan argumen-argumen yang bisa jadi adalah baru dan diluar pengetahuan kita selama ini, yang akan semakin memperkaya kita dan kadang justru memberikan alternatif-alternatif baru. Teori relatifitas akan menjadi erat kaitannya dalam proses pencarian argumen tersebut, karena dengan munculnya parameter-parameter dalam argumen kita maka secara pasti akan berbanding lurus dengan dengan parameter-parameter lain yang ada disekeliling kehidupan kita. Dan disaat kita menyadarinya dan mengembalikan kepada kesadaran awal maka akan muncullah sebuah keputusan yang menentramkan semua pihak, baik diri kita atau pun bagi kepentingan orang lain dalam kehidupan ini.

Berhidup dengan kata “harus memilih” pun akan ternetralisir dengan sendirinya, proses pencarian argumen dengan mengembalikan kepada konsep titik awal akan menhadirkan kesejajaran parameter-parameter didalamnya. Waktu dan proseslah yang akan menentukan penguatan dari masing-masing parameter tersebut. Dan setelah kita melakukan proses tersebut disertai pemaknaan dalam melakukannya, maka kita akan dengan sangat faham bahwa orang lain pun berhak untuk memiliki dan mencari argumen dalam proses berhidup dia.

Bukankah damai itu indah jenderal? 😉

13 thoughts on “Berhidup harus memilih?”

  1. abote rek, tape sekali lah
    yang pasti mah, nikmatilah hidup 😀

    *Hehehe oyi deh pak 😀 Tapi sebenarnya inti tulisan saya itu adalah gimana biar hidup ini lebih nikmat untuk dinikmati kok 😉

  2. Damai adalah salah satu dari sekian banyak pilihan dalam berhidup….n semua kembali lagi pada yg punya hajat hidup…mo milih apa di kehidupannya itu….
    kalo gw sih mending pilih bahagia…seneng…damai…yaaa yg enak2 ajalah…hehehe 🙂

  3. ada yg bilang hidup itu sendiri adalah pilihan. ada yg bilang, aku memilih untuk hidup. bla..bla..bla..bla..bla..bla.
    tp harap jangan lupa atau dininabobok-kan dengan ulasan di atas. hehehe tape sekali lah..
    anda harus hidup! bukannya anda harus memilih! 🙂
    pis pe …:-p

  4. hidup untuk memilih or memilih untuk hidup….. mbuh…..
    hidup dengan pilihan or memilih karena hidup….mbuh juga….
    tape banget deh…….

  5. angel .. gak iso .. angel pe .. gak iso …. hahahahahahahahahaha….
    eh ada PREDTZ (iki pret seng teko malang tah? pret yang di salatiga sak iki) ???
    kalau iyo :
    iki arek nang endi ae toohh … gile .. motor mu kok ditinngal koyo ngono ..aku di omelin sak brawijaya … asu koen … eh si djeq gelem nganggo motor iku …koen kontak arek e predhtz..seng penting ojo nang depan kantore uppti … mesak no motor iku .. iku motor sak jane gak mogok kok .. hikss aku diomelin karena nyangkrak nang kono … …

  6. Thanks guy’s for ur all atention about my words, but i think my words was need to read carefully coz my goal is not just in the title of 😉 (bener gak keminggrisku? huehehe)

    #Yanz : bagi saya relatifitas berlaku dalam segala hal
    #Nofi : gw juga pengen hehehe
    #Dudi : belom ada yang terbaik untuk saya sampai saat ini, tenang jes… 30 tahun mencari cinta
    #Qenthank : saya merasa tersanjung sampai-sampai tulisan saya diulas diblog anda dan setelah saya baca, saya pikir goalnya juga sama dengan tulisan saya ini. Memang hidup terus berjalan, tapi bagaimana kita menikmati dalam perjalanan hidup ini? Itu yang saya coba ingin kembalikan pada konsep awal, dan tentu saja itu pandangan personal saya bagaiman menikmati hidup ini agar lebih nikmat 😀
    #Tengik 16 : benar memang sudah banyak yang bilang, dan saya hanya menulis dari sudut pandang saya. Tanpa ada maksud menina bobokan orang lain dengan pemahaman saya. Tapi memang saya mungkin termasuk orang-orang yang suka dengan anti kemapanan, buktinya sampai sekarang enggak mapan-mapan juga hidup saya huehehe
    #predhtz : unomi lah brotha.. hehehe ngopi ae wes yuk, ngopi bareng loh iseh enak 😀
    #Angus : Problemo! Eling ae koen bleh! huh!..

  7. Hidup biar makin hidup, nabung biar jadi kaya, kalau dah kaya cari istri tinggal nunjuk (bukan cuman nunjuk di sofa), dah nikah punya anak..oh ho..watta simple but hard, you know what i mean la 🙂

    *Wahahaha… jadi inget deluxe ama CC 😉 apa kabar surabaya?

  8. memilih ? adalah salah satu proses mencapai damai dengan diri sendiri.

    *Asal tidak ada embel-embel kata harus dan wajib, saya mah setuju-setuju saja dengan kawan phadank hehehe jadi revolusi apa yang anda akan pilih kawan phadank? btw, gut luck komprene

  9. Jd keliatan banget kalo tape emang cucoknya kuliah di FIA aja. knp dulu ngambil di teknik pe..nah nyesel kan skrg..mending sekalian kumpul sama monyet2 FIA tuh..kan lumayan rame ada wandi, paring, peyek dll..
    huehehehe.. ssttt..tp ce-nya fia cakep2 loh..
    LOL

    *Ya itu masalahnya ton, berhubung dikandang FIA itu ada wandi, paring dll dst dsb, jadinya saya milih teknik eh ternyata juga tetap saja gak beres…ketemu dirimu..tambah parah deh saya jadinya 🙁 sampai-sampai harus mengundurkan diri huehehe

  10. Hehehehe… halo Pe! Iseng melu nimbrung yo. 🙂

    Dulu (jawa: mbiyen)… aku juga percaya bahwa hidup itu berisi pilihan2. Tapi, setelah tak pikir2 lagi lebih mendalam (untung e durung sampe kejeduk :P)… ternyata… semua pilihan itu adalah semu! Iya.. SEMU! Aku akhirnya sampe pada kesimpulan bahwa hidup itu SELURUHNYA ADALAH KETETAPAN! Hehehe… aneh kan! 🙂

    Tapi, berhubung kita tidak pernah tau apa ketetapan yg telah ditetapkan pada kita, maka kita melihatnya sebagai SEOLAH-OLAH sebagai pilihan! Kita baru akan sadar bahwa hidup kita adalah ketetapan, setelah kita melewatinya. Itu sebabnya mengapa aku yakin, manusia tidak akan pernah bisa kembali ke masa lalu.

    Tapi, bukan berarti kita berhenti memilih… karena kita gak tau ketetapannya maka kita tetap akan dan terus memilih, dimana apa pun yg kita pilih nanti sebenarnya adalah ketetapan. Bahkan ketika kita tidak memilih pun, itu adalah ketetapan pula! Ujungnya memang gak enak… bagi mereka yg percaya surga dan neraka, maka… kita masuk surga dan neraka pun sudah merupakan ketetapan!

    Itulah kehebatan Tuhan sang Maha Cerdas, menampilkan ketetapanNya sebagai pilihan bagi manusia.

    -Bee-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.