Berikut kutipan tentang 11 fatwa MUI terbaru (dikutip dari sebuah situs pencarian digoogle, saya kesulitan mendapatkan file orisinil document nya) termasuk dalam perkara Ahmadiyah yang telah menjadi polemik terbaru dalam kehidupan beragam dinegeri ini:
——-
Dalam Munas VII MUI, sebanyak 11 fatwa baru dikeluarkan. Salah satunya, MUI kembali mengeluarkan fatwa yang melarang ajaran Ahmadiyah dan menganggap Ahmadiyah sebagai aliran yang sesat dan menyesatkan.
“Fatwa ini untuk menegaskan fatwa MUI tahun 1980 tentang pelarangan Ahmadiyah. Kami juga meminta pemerintah melarang aliran Ahmadiyah,” kata Ketua Komisi Fatwa MUI Ma’ruf Amin kepada detikcom, di sela-sela Munas VII MUI di Hotel Sari Pan Pasific, Jl. Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (28/7/2005).
Dengan keluarnya fatwa baru ini, permintaan sejumlah pihak agar fatwa tahun 1980 dicabut, menjadi mentah. Para ulama MUI yang terdiri dari unsur Muhammadiyah, Ahmadiyah, maupun pemerintah tetap melarang aliran Ahmadiyah di Indonesia.
Selain tentang Ahmadiyah, 10 fatwa baru juga ditetapkan dalam Sidang komisi Fatwa MUI. Pertama, MUI mengharamkan pelanggaran hak atas kekayaan intelektual termasuk hak cipta. Lalu, MUI mengharamkan perdukunan dan peramalan termasuk publikasi hal tersebut di media.
Tiga, MUI mengharamkan doa bersama antar agama, kecuali doa menurut keyakinan atau ajaran agama masing-masing, dan mengamini pemimpin doa yang berasal dari agama Islam. Fatwa ini dikeluarkan karena doa bersama antar agama dianggap sebagai sesuatu yang bid’ah atau tidak diajarkan dalam syariah agama Islam.
Empat, MUI mengharamkan kawin beda agama. Lima, mengharamkan warisan beda agama kecuali dengan wasiat dan hibah. Fatwa keenam, MUI mengeluarkan kriteria maslahat atau kebaikan bagi orang banyak. Tujuh, mengharamkan pluralisme (pandangan yang menganggap semua agama sama), sekularisme dan liberalisme.
Delapan, fatwa yang memperbolehkan pencabutan hak pribadi untuk kepentingan umum. Fatwa MUI ini sama dengan kebijakan pemerintah, asal diberikan ganti rugi yang layak dan tidak untuk kepentingan komersial.
Sembilan, MUI mengharamkan imam sholat perempuan. 10, Fatwa yang mengharamkan aliran Ahmadiyah. Dan terakhir, fatwa yang memperbolehkan hukuman mati untuk tindak pidana berat.
——-
Pro kontra pasca fatwa ini diluncurkan mencuak di lingkungan masyarakat beragama, beberapa pihak yang merasa terserang dengan adanya fatwa ini bahkan pemerintah termasuk presiden sendiri mulai menunjukkan sikapnya yang keberatan atas adanya fatwa-fatwa ini.
Sementara dari pihak MUI dan pendukung-pendukungnya tetap beralasan bahwa ini satu-satunya cara untuk mempertahankan kemurnian agama islam yang telah menjadi mayority dinegeri ini.
Salah dan benar atas sudut pandang terhadap fatwa-fatwa ini kemudian mengalir menjadi paket-paket retorika opini yang diluncurkan kepada masyarakat awam. Media massa menjadi alat-alat propaganda, beberapa tokoh mencoba mengeluarkan pandangannya, pada situs-situs personal para tokoh pun memuat ulasannya masing-masing yang tentu saja tetap dengan retorika opini keberpihakannya.
Yeah… sekali lagi masyarakat disuguhkan retorika-retorika opini yang mengeklaim kebenarannya masing-masing mengatasnamakan kebenaran hakiki dan kebenaran hukum.
Saya jadi teringat obrolan saya dengan salah satu teman pada suatu malam melalui chating :
——-
evenworst (7/24/2005 3:25:52 AM): semuanya relativitas …
evenworst (7/24/2005 3:25:56 AM): memang benar
kurotidur (7/24/2005 3:26:37 AM): Tuhan?
evenworst (7/24/2005 3:26:46 AM): kenapa dengan dia
kurotidur (7/24/2005 3:27:13 AM): bahkan kata “semua” pun masih bermakna relativ
kurotidur (7/24/2005 3:27:22 AM): Tuhan relativitas juga?
evenworst (7/24/2005 3:27:23 AM): iya benar
evenworst (7/24/2005 3:27:37 AM): bahkan pemikiran tentang relativitas itu juga masih relativ
evenworst (7/24/2005 3:27:49 AM): memang tuhan itu masih relativ juga
evenworst (7/24/2005 3:27:59 AM): ada atau tidak, tergantung pemikiran orang2nya
kurotidur (7/24/2005 3:28:07 AM): wahahaahahahaa
evenworst (7/24/2005 3:28:11 AM): hawking, einstein, tidak percaya pada tuhan
kurotidur (7/24/2005 3:28:12 AM): nihilisme
evenworst (7/24/2005 3:28:31 AM): saya, atau aa gym, atau kurt cobain-segimanapun bejatnya dia- atau otong koil, tetap percaya
evenworst (7/24/2005 3:28:53 AM): yg mana ygnihil, bang tape ?
kurotidur (7/24/2005 3:29:00 AM): keberadaan hanya akan menghasilkan ketidakberadaan
evenworst (7/24/2005 3:29:16 AM): ini sama dengan telur dg ayam
kurotidur (7/24/2005 3:29:22 AM): relativitas —–> menghasilkan nihilisme
evenworst (7/24/2005 3:29:25 AM): dua2nya punya efek ekslakasi
kurotidur (7/24/2005 3:29:53 AM): benar
evenworst (7/24/2005 3:30:07 AM): relativitas menghasilkan “pilihan”
evenworst (7/24/2005 3:30:14 AM): bukan benar-salah
kurotidur (7/24/2005 3:30:18 AM): pilihan atau kesepakatan?
kurotidur (7/24/2005 3:30:30 AM): benar-salah< — kesepakatan
evenworst (7/24/2005 3:30:33 AM): kesepakatan kan hanya etrjadi pada org2 yg sepaham
kurotidur (7/24/2005 3:30:42 AM): pilhan <—- kebebasan
evenworst (7/24/2005 3:30:59 AM): ga mungkin org yg percaya dan ga percaya sepakat kan ?
kurotidur (7/24/2005 3:31:20 AM): ah belum tentu sepaham…. tp karena parameternya kurang kuat jadi musti mengikuti parameter2 yg lebih kuat
kurotidur (7/24/2005 3:31:37 AM): nah klo yg itu lebih mengarah ke pilihan
evenworst (7/24/2005 3:31:49 AM): relativitas mengahsilkan kesepakatan, kesepakatan yg banyak kebenaran
kurotidur (7/24/2005 3:31:52 AM): kebebasan berparameter dlm relativitas
evenworst (7/24/2005 3:32:05 AM): bukan gitu ?
kurotidur (7/24/2005 3:32:20 AM): umss… banyak kebenaran?
evenworst (7/24/2005 3:32:40 AM): kebenaran yg relativ tentunya
kurotidur (7/24/2005 3:32:42 AM): atau disepakati bahwa kesepakatan itu dianggap memiliki banyak kebenaran?
evenworst (7/24/2005 3:32:43 AM): gitu /
evenworst (7/24/2005 3:33:00 AM): yeah, etrjadi kesepakatan bahwa yg abnyak adlaah kebenaran
evenworst (7/24/2005 3:33:16 AM): setuju atau tidak, memang itu yg terjadi, betul kan ?
kurotidur (7/24/2005 3:33:22 AM): umssss
kurotidur (7/24/2005 3:33:32 AM): bedakan realita ama hakekat dongs
evenworst (7/24/2005 3:33:47 AM): ya saya membedakan itu
kurotidur (7/24/2005 3:34:08 AM): saya lebih sepakat kepada adanya 2 hal
kurotidur (7/24/2005 3:34:26 AM): 1. relativitas —> kesepakatan
kurotidur (7/24/2005 3:34:35 AM): 2. relativitas—> pilihan
kurotidur (7/24/2005 3:35:05 AM): tp secara hakekat menurut saya relativitas—->nihilisme
kurotidur (7/24/2005 3:35:47 AM): bgmn menurut anda?
evenworst (7/24/2005 3:35:48 AM): menurut saya, relativitas itu yg bisa menganggap perkataan anda bisa jadi bnar dan bisa salah
kurotidur (7/24/2005 3:35:55 AM): yups
evenworst (7/24/2005 3:36:03 AM): relativitas itu sndiri bukan penghasil kebenaran
kurotidur (7/24/2005 3:36:08 AM): itukan sdh termasuk dlm statemen saya?
evenworst (7/24/2005 3:36:18 AM): tapi cuma alat untuk menciptakan kebenaran..menurut kita masing2
kurotidur (7/24/2005 3:36:42 AM): umsss… relativitas itu sendiri masih relativ klo begitu?
evenworst (7/24/2005 3:37:05 AM): kan saya dah bilang gitu
kurotidur (7/24/2005 3:37:12 AM): lha…
evenworst (7/24/2005 3:37:22 AM): org boleh percaya adanya relativitas, atau dogma
kurotidur (7/24/2005 3:37:22 AM): berati bener nihilism itu kan
evenworst (7/24/2005 3:37:27 AM): itu pilihan dia
evenworst (7/24/2005 3:37:36 AM): nah itu kan sudah saya dengar dr anda
evenworst (7/24/2005 3:37:43 AM): bahwa tidak ada di dunia ini yg namkanya kebenaran
evenworst (7/24/2005 3:37:54 AM): hahehhehahehhehahe
evenworst (7/24/2005 3:38:01 AM): gimana si anda
kurotidur (7/24/2005 3:38:05 AM): idup nihilism!
——-
Masyarakat awam akan menjadi sasaran yang empuk untuk mengkonsumsi kebenaran-kebenaran relatif yang dimuat dalam berbagai alat media massa. Penggalangan keberpihakan akan dikemas dengan bahasa-bahasa retorika mulai dari retorika kelas tukang becak sampai retorika tingkat tinggi. Dan ini hanya akan menghasilkan konstelasi untuk semakin mempolitisir kebenaran dengan memanfaatkan topik kebenaran agama.
Bukan masalah benar atau salahnya, tapi sekali lagi jangan jadikan kebenaran itu sebuah produk untuk menghasilkan keuntungan-keuntungan pribadi,golongan, ataupun agama tertentu. Saya kembali teringat kata-kata nietzsche yang menyatakan bahwa Tuhannya telah mati, dimana kasus seperti ini sudah pernah saya tulis dalam bloger lama saya dengan topik Tragic. Tentang tragedi pembunuhan Tuhan dengan memanfaatkan agama-agama Tuhan yang dijadikan produk-produk demi kekuasaan manusia.
Sekali lagi jangan tanyakan benar salahnya tentang kasus ahmadiyah dan MUI dengan fatwanya, tapi pertanyakanlah siapa yang telah membunuh Tuhan sesungguhnya?
Mbuh mbulet ..
Gak paham blas aku..
Mending kerja, kerja dan kerja..
Yg halal biar tambah halal, yg haram biar jd halal..
Ups maap yg haram jauh2 sana deh..
:-))
*hahaha…benar pak! manusia memang harus bekerja kok. Piye arep rabi nak gak kerjo? 😛
lah gimana too mas …
la wong rabi nanti nyebut nama tuhan kok …
kalo tuhan udah mati artinya rabi juga udah mati
heheheeheh
*bukannya kita sering menyebut nama orang yang telah mati dalam doa-doa? 😀
semuanya cuma perspektif dan interpretasi. tidak ada apa-apa di luar teks. hanya saja, nilai dari fenomena harus kita yang menentukan. itulah satu usaha menjadi manusia unggul.